Puisi "Aku Bangkit"



      Aku Bangkit

Aku berdiri sendiri
Di jalan gelap yang sepi
Memadamkan bara api
Menggores luka di hati
Meneteskan air mata pedih


Semua yang ku jalani tak membuahkan hasil
Semua yang ku korbankan tak mendapatkan balasan setimpal
Semua itu terus menggumpal
Tak ada kebanggan

Aku jatuh duduk terdampar
Beban ini sungguh berat
Aku sudah tak kuat
Raga ini sudah rapuh tekad

Andaikan waktu bisa ku ulang
Kan ku perbaiki semua kesalahan
Agar bisa membahagiakan orang yang ku sayang
Tapi itu hanya sebuah angan
Sekarang tak ada yang bisa ku andalkan
Bagai barang sudah terhempas
Disapu angin tak bisa kembali lagi
Aku ingin mengasingkan diri dari bumi ini
Setitik cahaya lampu temaram
Membuat mataku melebar
Mengusap air mata di pipi
Aku berdiri tegak dan melangkah perlahan menyusuri kegelapan
Menuju lampu di pinggir jalan
Kaki ku rasanya berat
Tapi hasrat ku tetap ingin lanjut

Duduk terdampar di jalanan
Sepi, sunyi, dan sendiri
Lampu itu seperti harapan
Harapan yang akan melahirkan sebuah mimpi
Lewat bayang-bayangan

Aku menundukkan kepala
Memandang kaki yang tak beralas
Memandang jalan beraspal
Meandang tanganku yang penuh luka sayatan
Pantaskah aku memperbaiki semuanya?
Pantaskah aku menjadi seperti ini?
Pantaskah aku meneteskan berlian air mata?
Hati ku rasanya hancur lebur
Pecah berpuing-puing

Separah dan sehancur ini kah aku?
Tapi, aku masih punya keyakinan
Harapan kecil ku masih tersimpan
Hati kecil ku juga mengajakku untuk berubah

Aku mengepalkan kedua tangan
Menyapu pandangan
Menatap lurus ke depan
Membusungkan dada
Mengukir senyum segaris
Lalu berteriak sekencang mungkin
"Aku Bangkit"

Hanya aku, kegelapan, dan Tuhan yang dapat mendengarnya
Menumpahkan segala penyesalan
Dalam kesunyian malam
Menghembuskan napas lega
Semua tak berhenti berakhir disini

By: Nsal

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Drug and Food Label

Procedure Text (Beverage Recipe)

Berkenalan dengan Ekstrovert